Bukan Marketplace dan Sosmed, Selamatkan Bisnismu untuk Jangka Panjang dengan Brand, Website, dan Konten - Zona Rantau

Zona Rantau

Media Informasi, Jangan Sungkan untuk Klik Iklan Jika Anda Tertarik

Monday 24 February 2020

Bukan Marketplace dan Sosmed, Selamatkan Bisnismu untuk Jangka Panjang dengan Brand, Website, dan Konten

Ekosistem yang Sehat

Zaman sudah berganti. Generasi berganti. Namun bisnis tetap harus berjalan, tidak boleh berhenti. Memenuhi setiap kebutuhan masyarakat, agar tercipta sebuah ekosistem yang sehat. Ekosistem yang sehat misalnya adalah ketika kita ingin membeli makanan, ada bisnis orang lain yang memenuhinya. Namun dalam transaksi jual-beli ini tidak boleh hanya mementingkan isi perut sendiri. Misalnya sebagai konsumen, kita ingin makanan yang enak dan murah banget. Tapi disisi lain penjual rugi atau untung tipis. Disinilah letak ketidaksehatan sebuah ekosistem. Ekosistem yang sehat adalah sinergi yang saling menguntungkan dan memuaskan semua pihak, baik sisi konsumen, penjual/pebisnis, karyawan sebuah bisnis, dan lingkungan alam semua tidak boleh ada yg dirugikan.

Bisnis Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Bisnis yang sehat adalah yang bisa bertahan dalam jangka pendek dan juga jangka panjang. Maksudnya bagaimana? Dalam jangka pendek bisnis harus bertahan dengan cara mampu ngepul ditiap harinya. Bagaimana sebuah owner bisa makan, seorang karyawan bisa makan, kalau sebuah bisnis hanya mementingkan kondisi idealis dan terus berpuasa. Kecuali mendapat suntikan Venture Capital dan menggunakan goreng-goreng uang, kondisi ini justru bisa merusak tatanan Ekosistem, pasti ada yg kena dampak negatif, walaupun ada beberapa pihak yg diuntungkan.


Bertahan jangka panjang? Yap kalau sudah ngepul tiap harinya. Terkadang untuk ngepul itu kita memang mendapat banyak transaksi, tetapi margin kita tipis. Karena keinginan untuk mengejar sales/penjualan lebih tinggi, maka kita melakukan berbagai cara promote yang pokoknya cepat  closing. Dampaknya pasti di harga yang rendah, dan untung hanya sedikit.

Maka kalau sudah ngepul ditiap harinya, kita harus memikirikan agar bisnis semakin sehat, agar bisa bertahan jangka panjang, dan agar tidak ada karyawan yang digaji rendah ataupun ditunggak gaji. Biar bagaimanapun, Kemakmuran karyawan juga harus diperhatikan. Maka apa yg membuat bisnis bisa bertahan jangka panjang? Tentu saja harus memandang ke depan, terus berinovasi terhadap perubahan zaman. Salah satu yang everlasting adalah Brand. Kekuatan Brand sangat luar biasa. Brand bisa menghindarkan kita dari banting-bantingan harga di pasaran, karena produk kita tidak bisa disejajarkan dengan produk lain. Hei produk kita punya sesuatu yg menancap di benak konsumen, bukan sekedar produk saja Bung!

Maka disamping kita harus membuat Brand pada produk kita ataupun bisnis kita ataupun toko kita. Kita juga harus peka terhadap pergeseran jaman. Jaman sekarang, pola masyarakat sudah ke Online semua. Maka mau tidak mau kita juga harus goes to online. Meng-online-kan apapun bisnis kita, walaupun bisnis kita itu hanya offline, tetap butuh online! Lha traffiknya aja sudah berkerumun di online. Kecuali, target pasar kita seorang kakek nenek yang gaptek. Tp itupun mereka menurut umur lama-lama akan tergeser dan diganti umur yang dibawahnya yg tentu sudah melek online. Beberapa nenekpun sekarang sudah bisa megang dan mengoperasikan smartphone lho.. Kalau kata Mas Jayasetiabudi, "Online bukanlah Pilihan, tetapi Keharusan". Jadi kita harus mengkombine antara Brand + Online.

Nah dijaman modern, untuk ngepul dan demi keberlangsungan bisnis saat ini (jangka pendek), bisa kita lakukan dengan mempromosikan ke teman, kerabat keluarga melalui status, history pribadi, melalui chat whatsapp, mulai membuat akun sosmed khusus bisnis baik facebook, instagram, youtube, twitter, berjualan di marketplace dll.

Untuk jangka panjangnya bisa dengan membuat Brand + Website Toko Online

Marketplace itu untuk Ngepul di Awal

Bagaimana dengan online di marketplace? Nah jika kita masih pemain baru di dunia per-online-an, tentu kita kadang ingin segera mendapatkan sales yang cepat. Karena perlu waktu untuk mempromosikan instagram baru produk/ toko kita, sehingga followernya banyak, dan mau membeli. Perlu waktu jika kita untuk menaikkan SEO website kita. Perlu waktu agar Youtube kita marak subscribernya. Perlu waktu juga untuk menguasai facebook ads dan google adwords, serta perlu biaya yang tidak sedikit pula untuk beriklan seperti itu. Sedangkan kita butuh dana masuk yang cepat untuk kesehatan bisnis. Maka terkadang kita memilih membuka akun di marketplace, seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Blanja, Lazada, Blibli, dkk. Disana kita bisa mendapatkan pembeli lebih cepat dan kebanyakan trafik marketplace pun mereka  memang orang-orang yang ingin membeli, dan sudah sering berbelanja online. Kita juga bisa mendapatkan gratis ongkir, yang membuat pembeli tidak terbebani ongkos kirim lagi. Tapi.. Jangan terlalu mengandalkan Mall Online / Pasar Online / Marketplace. Kenapa? Karena banyak juga resikonya.

Bahayanya Berjualan di Marketplace

Bahaya yang Pertama adalah Banting-bantingan Harga. Sebuah produk dengan jenis yang sama, yang tentu memiliki kata kunci pencarian yang sama, di tampung disebuah tempat, apa yang terjadi? Jelas, banting-bantingan harga akan sulit di hindari di marketplace manapun. Tentu ini berdampak pada margin yang terus menipis, lama-lama bisnis menjadi tidak sehat.

Bahaya yang kedua, perubahan algoritma berdampak pada trafik ke toko kita. Hari yang lalu mungkin dengan hanya mengupload produk, kita langsung mendapat pembeli karena produk kita mungkin nangkring di atas. Tapi hari ini bisa jadi produk kita bahkan tidak nongol di pencarian alias bawah sekali. Ini terjadi karena algoritma marketplace susah di mengerti. Di tambah jika ada perubahan algoritma, pasti akan berdampak pada traffik ke toko kita, toko yang semula rame, bisa langsung sepi. Namun tidak hanya algoritma, kadang juga karena terlalu banyaknya persaingan.

Bahaya ketiga, Trafik yang tidak Terkendali. Biar bagaimanapun akan susah mendatangkan kembali pelanggan, atau memanggil ulang pembeli kita agar datang ke toko kita lagi. Fitur feed pun belum mampu menangani secara maksimal permasalahan ini. Karena trafik di marketplace sejatinya adalah milik marketplace, data pelanggan terpenting seperti email pun tidak kita miliki. Malahan ada marketplace yang ketika transaksi sudah selesai, data pengiriman seperti nama, nomor hp, dan alamat sudah tidak bisa dibuka.

Yang keempat, Data Pelanggan tidak kita Miliki. Kalau data pembeli tidak kita miliki, bagaimana kita bisa bebas berpromosi ulang? Maksudnya berpromosi dengan media apa saja. Entah itu website, instagram, sms broadcast, email marketing, facebook, google. Percayalah semua media promosi itu akan lebih mudah kita gunakan, jika kita memiliki Data Pelanggan Sepenuhnya. Lha bukannya beberapa marketplace ada nomor hp? Hei, itu nomor hp pengiriman, bukan nomor hp akun yang terdaftar. Bisa jadi data pengiriman tidak sama dengan data akun yang membeli. Karena kadang pembeli, juga membelikan orang lain, misal dropshipper atau dikirim untuk saudara dan teman. Yang berhubungan secara langsung ya, si pemilik akun tentunya. Dia lah target market kita sejatinya! Bagaimana berpromosi dengan media apa saja. Orang berpromo ulang di marketplace itu sendiri aja susahnya minta ampun, tidak maksimal. Selain feed kita juga bisa chat tuh pelanggan di marketplace? Iya, pelanggan ribuan, yakin mau chat 1 per 1? Kroncong protol deh jari kita.

Yang kelima rawan monopoli. Bagaimana data penjualan dan data pengunjung sebanyak itu di marketplace di miliki oleh satu bisnis bernama marketplace? Pastilah rawan sekali adanya monopoli. Merekalah yang mempunyai semua itu, dan mereka juga yang mampu mengontrol sesukanya. Tentu, jika tema nya bisnis kapitalisme. Siapapun yang memberi banyak keuntungan materiil yang akan di push, tidak peduli banyak korban yang di rugikan, atau ekosistem yang tercemar.

Keenam, rawan produk siluman atau white label. Ini juga bisa masuk dalam ketegori monopoli. Dimana dari data penjualan terbesar, produk yang laris, dengan data penggemar yang sudah dimiliki untuk barang macam itu. Mereka bisa saja mengklone produk semacam itu, dan melabeli sendiri dengan namanya, atau bisa juga diserahkan ke affiliasi yg sudah bekerjasama. Kalau ini terjadi? Matilah kita. Kalau Once, matilah kau! Hehe. Ya bagaimana lagi, mereka yang menguasai sepenuhnya. Memang kabarnya sudah kejadian, ada marketplace yang sudah white label. Kesaksian ukm juga ada, produk mereka sudah ada yang meniru bahkan dikirim dari mana gitu, kalau nggak salah dari luar negeri. Dan mantan vice president bidang operasional salah satu marketplace besar di Indonesia pun mewanti-wanti ukm kita agar jangan terlalu mengandalkan marketplace, memperingatkan soal white label juga, serta memberikan wejangan agar ukm Indonesia segera membuka chanel-chanel yang mandiri serta sistem produksi yang mumpuni. Kalau tidak, habislah kita dihajar mereka.

Dan yang ketujuh. Rawan persaingan produk asing. Hm.. Kita tahu produk China lebih murah. Bagaimana jika marketplace berpihak dan memberi jalan masuk untuk produk asing, di marketplace? Ini tentu ancaman untuk merek lokal ataupun pedagang lokal. Lebih parah lagi jika marketplace nya made in luar negeri juga, atau didanai asing pula. Bukannya pemilik itu berkuasa penuh? Haduh, bahaya ini..kata Tatang di Dunia Terbalik. Dan memang sudah bukan rahasia lagi dimana ada marketplace yang penjualnya terdapat penjual dari luar negeri. Fitur chat pun sudah ada translatornya. Ngeri juga ya produk luar masuk begitu mudahnya bahkan sampai disini dengan gratis ongkir.
Bagaimana kalau marketplacenya made in dan milik China, ekspedisi perkurirannya juga, payment / dompet pembarannya juga milik sana? Itu sih tambah remuk namanya. Bagaimana kalau ditambah penasihat panitia pengarah roadmap e-commerce Indonesia juga berasal dari sana? Entahlah.

Kedelapan. Arus kas bisnis yang tidak lancar. Karena marketplace menjembatani sistem pembayaran menjadikan uang tidak bisa di terima secara langsung dan prosesnya lama juga sampai ke kantong. Kalau transaksinya puluhan juta perhari? Harus sedia berapa uang serep?

Lha itu, Kenapa Brand-brand Besar ikut Ber-marketplace Ria?

Baiklah.. mari kita teliti sedikit ala orang awam. Turunkan sedikit tensi dan pikiran. Jika sudah tenang suasananya, mari kita baca lagi. hehe.
Sejatinya kita tidak pernah tahu yg sebenarnya apa maksud brand-brand besar tersebut berada di marketplace. Bisa jadi karena memang ingin meningkatkan penjualan di marketplace, ingin brand nya lebih banyak yang melihat, ingin lebih menguatkan brand nya, bisa juga karena kerja sama entah siapa yang menguntungkan siapa dan siapa yang meng-endorse siapa, bisa juga karena ingin mengurangi maraknya produk kw atau pembajakan produknya, dll. Sekali lagi kita tidak tahu maksud yang sebenarnya.

Tetapi brand-brand besar, tidak mungkin kan hanya buka di marketplace. Mereka pasti punya office, outlet penjualan, jaringan distribusi dan promosi yang sudah merata, terkadang punya website profil perusahaan juga, punya store online juga. Mereka tidak mungkin hanya berada di marketplace saja, karena sangat beresiko bila itu terjadi. Kalau mereka saja tidak hanya mengandalkan marketplace, tentu bisnis kita brand kita yang masih kecil ini jangan hanya mengandalkan mereka. Sangat beresiko, dan tentunya marketplace bukanlah solusi jangka panjang. Kondisi inipun dipertegas dengan berita raksasa sepatu Nike yang berpisah dengan raksasa marketplace Amazon.

Nike meninggalkan Amazon

Kalau menurut berita yang beredar, dimana brand besar seperti Nike dulunya menggandeng Amazon adalah untuk menurunkan maraknya produk Kw di marketplace. Tetapi kenyataannya? Kenapa sekarang mereka berpisah? Nike mundur.. Kemungkinan terbesar adalah keberadaan mereka di marketplace ternyata belum bisa mengatasi produm Kw, dan Nike sebagai Brand cenderung akan terus dirugikan jika tetap berada disana. Kita tidak tahu pasti. Yang pasti adalah, Nike mundur dari Amazon. Titik.

Hikmah dari kejadian ini mengarah selalu mengarah pada pentingnya mempunyai toko online mandiri dan menguatkan Brand kita. Pilihan terbaik untuk jangka panjang adalah Brand + Toko Online Website. Kalau toko online di Instagram?


Sosmed itu Serasa Stand Pameran / Event
Yg Silih Berganti Tempat.

Apa ujung dari sebuah bisnis konvensional/offline dalam mengikuti sebuah event besar, bazar, atau bahkan mengadakan pameran sendiri di sebuah tempat yg ramai misal mall pusat perbelanjaan, melakukan grebek pasar, dll. Pastinya ujungnya mendapatkan transaksi penjualan atas promosi di event tersebut. Beberapa lalu lintas pengunjung event akan mengunjungi stand kita dan tergiur dgn promo, terjadilah closing. Berapa orang yang beli? Tentu tidaklah banyak. Sebagian  mungkin hanya mengingat nama brand/toko kita, sebagaian kecil meminta nomer kita, dan pulang. Event telah berlalu. Selanjutnya sebagian prospek dari event akan mengontak kita, mengunjungi toko official kita di jln mana, mengetik nama toko/brand kita di google. Kita harus tetap memiliki toko real kita sendiri. Yang sudah membeli di event pun akan mencari toko kita jika hendak membeli lagi dan berbelanja ditoko official kita. Mereka pembeli tidak mungkin mencari kita di event kemarin, karena event sdh selesai dan anda tidak ada lagi disana.

Nah dalam dunia online. Event/pameran ini kita analogikan seperti Instagram, Facebook, Twitter, dll. Kenapa, karena suatu saat event akan jenuh dan mulai sepi trafik. Kalah dengan event lain, bergantilah tempat event. Kita tahu, dulu sosmed yang ramai apa? Dan sekarang apa? Bolehlah kita punya banyak pengikut di sosmed a, tapi suatu saat sosmed a tidak trend lagi, yang rame berganti sosmed b. Trend sosmed itu tidak abadi, melainkan silih berganti.

Yang everlasting/tahan lama itu ya toko kita sendiri, toko online kita sendiri. Mau sosmednya silih berganti, mendadak sepi. Tidak masalah asal kita punya toko sendiri, toko online sendiri. Mereka bisa mengunjungi dan bertransaksi di toko online kita, atau kita memanggil mereka utk datang ke web toko online kita jika kita telah memiliki data nomor hp atau email mereka.

Biar bagaimanapun kita itu cuma numpang di sosmed. Sosmed itu punya orang. Data pengikut kita, tidak kita miliki. Apa kita tahu alamat email kita? Kita tahu nomor hp akun pengikut kita? Tidak tahu. Tapi mereka, Facebook, IG, Twitter, Youtube, tahu segalanya.

Terlebih, sudah begitu, kabarnya kita mau menjangkau pengikut sendiripun harus pakai iklan berbayar / fb ads, ig ads. Kita merasa nggak sih kalau tiap postingan kita itu tidak terlihat oleh 100% pengikut kita sendiri. Bayangkan, ini pengikut kita sendiri lho. Kita tidak punya kuasa. Ya memang kita numpang. Kelihatannya post kita cuma menjangkau sebagian pengikut saja, sebagian pengikut yg lain harus dijangkau dengan ads berbayar. Hm..

Berjualan di sosmed boleh, untuk ngepul di awal, tapi jangan terlena. Buat website toko online kita sendiri juga. Trafik yang sudah ada dari sosmed, arahkan sebisa mungkin ke toko online kita. Hingga ramailah toko kita sendiri.

Keistimewaan Bisnis yang Memiliki Website.

Tidak ada Kompetitor
Saat masuk ke alamat website toko online kita, pembeli tidak akan melihat produk-produk kompetitor lagi. Karena ini bukan di marketplace/sosmed/google yang dalam 1 aplikasi, ada banyak toko kompetitor.

Efektifitas Konversi, Margin tinggi
Dengan tidak adanya kompetitor langsung, efektifitas konversi closing akan lebih bagus, dan margin keuntungan bisa lebih tinggi karena terhindar dari banting banting piring, dan rumput tetangga yg lebih hijau

Data yang Komplit
Data ini adalah data email, no hp, alamat, device yang digunakan, dll bisa kita dapatkan dengan mudah saat kita mewajibkan pembeli untuk menyertakannya saat pembelian atau memberlakukan peraturan login.

Memanggil Ulang Siapapun Pengunjung/Retargeting
Nah bagi yang tidak login pun mereka bisa kita panggil ulang dengan pixel facebook ads, dll. Apalagi yang sudah pernah membeli. Lebih mudah memanggilnya karena kita punya segala senjatanya.

Profil Perusahaan/ Bisnis
Fungsi website sebagai profil perusahaan ini sangat penting. Disamping menambah kesan keren sebuah bisnis, juga bisa menghindarkan kita dari salah sangka. Saat kita tidak hadir di dunia online, orang mau mencari kita di google, niatnya nyari officialnya, malah ketemu distributor/agen/penjual merek a. Mereka yang memasang nama kita sebagai alamat web mereka.

Dan masih banyak keuntungan lainnya jika kita mempunyai sebuah toko online/ website sendiri untuk berjualan/ berbisnis.

Tapi, bukan berarti tidak ada dukanya..

Duka Duka Kelemahan Bisnis Toko Online / Website Sendiri

Biaya Tinggi dalam Mendatangkan Trafik

Toko online baru, sebuah website yang baru, sudah pasti sepi pengunjung. Apalagi jika bisnisnya masih baru. Peringkat organik google pun tidak bisa kita andalkan. Namanya jg web baru, perlu waktu untuk bisa tembus 10 besar peringkat google.

Nah perlu biaya yang tidak sedikit untuk meramaikan website baru kita, mulai berpromo iklan fb ads, ig ads, google ads, youtube ads, maupun optimasi seo. Dan itu semua kita tanggung sendiri. Kecuali kita adalah pakar seo, atau sudah punya skill seo. Mungkin bisa gratis dalam mendatangkan pembeli, optimasi web sampai 10 besar google bahkan peringkat 1 google. Kalau tidak punya skill seo? Ya belajar, kursus seo. Atau bisa juga kita menyewa jasa seo. Jasa seo pun tidak murah, bisa jutaan per kata kunci. Jika memilih kursus, kitapun harus mengeluarkan biaya kursus dan waktu belajar.

Terkhusus bagi bisnis yg sudah lama berjalan punya keuntungan tersendiri. Karena mereka bisa memanggil pelanggan lama mereka ke website toko online baru mereka. Sehingga walaupun website baru, bisa langsung rame pengunjung.


Biaya Sewa, Bikin, Perawatan Semuanya Sendiri
Toko ini toko online kita sendiri. Artinya semuanya mulai biaya membuat website, sewa domain dan hosting, perawatan dan maintenance toko online, kita yang tanggung sendiri. Tentu ini perlu biaya yg tdk sedikit.

Tetapi kembali lagi, ingin jangka pendek atau panjang?
Semakin tinggi resiko, semakin tinggi hasil?
Ada harga, ada rupa?
Semua ada resikonya (masing-masing).


Fokuskan Ke Website + Brand + Konten + Sarang Semut
Semua pembeli baik dari offline maupun online, sosmed mana pun fokuskan arahkan untuk bertransaksi ke toko online website kita. Follower, subscriber kita baik di FB, IG, Twitter, Youtube arahkan semua ke website toko online kita. Usahakan untuk mendapatkan alamat email, no hp, dan data-data lainnya dari semua pembeli, follower, subscriber kita.

Jika sudah pada berkunjung dan bertransaksi di website jangan lupa selalu menyajikan hal yg disukai oleh mereka. Seperti konten artikel maupun konten video yang bermanfaat dan mereka sukai. Agar mereka semakin betah sama kita.

Kita juga bisa mengkombinasikan web toko online kita dengan aplikasi pembangun trafik mandiri seperti sarangsemut.co.id yang bisa untuk tempat menyajikan konten video agar semakin betah sama kita, mendapatkan data pemirsa follower subscriber penonton video kita, serta bisa mengarahkannya ke konversi toko online website kita.

Semoga Indonesia punya Trafik yang Mandiri sendiri. Tidak melulu bergantung pada Google, Facebook, Instagram, maupun Youtube dkk. Amin

No comments:

Post a Comment

Centang "notify me" untuk notifikasi email komentar.